Sunday, October 30, 2011

cerita panas dengan adiku 2



Beberapa detik masih terngiang tentang kejasusan tadi. Adikku yang terakung telah aku saksikan dalam kondisi paling privat. Tiba-tiba secara fisik aku merasa Dody seperti bukan adik kecilku yang dulu selalu bergulat berguling-guling di lantai denganku yang sampai kemherin masih suka bermanja-manja di pangkuanku. Masih terngiang bentuk kontol kemaluannya yang menurutku besar. Dalam hal ini aku betul-betul buta tentang ukuran-ukuran itu, bayanganku dulu kontol kemaluan paling besar dan panjang ialah sebesar kemasan Redoxon saja. Tetapi di kemususan hheri kuketahui bahwa memang ada kontol kemaluan yang segitu bahkan lebih kecil, tetapi ada juga yang sebesar botol Aqua ukuran sgilag itu.



Aku membandingkannya dengan bentuk kemaluanku sendiri yang kecil, jika ada benda yang jauh lebih besar dheri lingkarannya bagaimana bisa masuk, tapi kemususan terpikir olehku jika bayi saja bisa keluar mengapa benda yang lebih kecil dherinya tidak bisa masuk. Aku tidak bisa berimajinasi kalau dulu aku sering melihat Dody telanjang dan burungnya itu paling-paling cuma sebesar jempol tanganku, tapi sekarang sungguh berbeda, melihatnya kontol kemaluan Dody yang sebesar dan sepanjang itu benar-benar membikin shok. Apalagi dalam keadaan sgilag berfungsi seperti itu.



Tiba-tiba aku dikagetkan oleh pintu kamarku yang terkuak dan melihat Dody sgilag memegang botol Sheri Ayu-ku dan terpaku di pintu.

“Eh.. Mbak.. udah balik ya?” tangannya berusaha menutupi botol lotion itu tapi tak berhasil.

“Itu Sheri Ayu-ku khan? Buat apa hayo?” Didikan papaku tiba-tiba saja keluar, tegas dan tanpa basa-basi. Dody berdiri di pintu dan memandangku. Aku masih duduk di tepi ranjang, aku melihatnya berkeringat deras sekali.

“Ke sini!” aku sedikit mensayatkan suaraku, dan dia bergerak mendekatiku terus duduk di sampingku. Aku mendekapnya dan terdiam beberapa detik. Aku tidak sanggup memilih kata-kata, aku menyadheri apa yang dilakukannya barusan jauh lebih baik dheripada dia melakukannya benaran untuk melampiaskan birahinya.

“Sudah sana mandi dulu, Mbak udah tahu semua!” dia pun bangun dan bergerak keluar kamarku. Sempat-sempat aku melirik pantatnya yang bagus bulat dan tampak kokoh, tercetak di balik celana pendeknya.



Kejasusan ketiga inilah inti dheri kesemuaan ceritaku. Saat itu Dody telah naik kelas tiga dan aku sendiri telah berani raba-rabaan sama Pin-pin. Meski jarang yang sampai telanjang bulat, kadang-kadang apa yang dilakukan Pin-pin bisa membikinku melayang, aku tidak tahu apakah itu yang disebut klimak atau tidak. Cuma setelahnya memang membikinku akung banget sama Pin-pin. Kadang-kadang aku melakukan ngocok juga. Sebaliknya Dody dalam pengamatanku sekarang jadi anak yang serius dan cenderung jadi pendiam.



Sesekali Pin-pin mengajakku nonton film blue, kadang-kadang di rumahnya yang besar kadang-kadang juga di kamarku, untuk menambah pengetahuan alasannya. Meskipun tidak sering, sesekali setelah nonton film itu, kami bercumbu. Pertama sih cuma cium-ciuman saja, lama kelamaan aku jadi makin berani dilucuti. Kalau dulu diraba saja telah gemetaran, sekarang kalau cuma dicium rasanya seperti ada yang kurang. Kadang-kadang rabaannya membikinku melayang dan membikinkan membiarkannya melepaskan bajuku. Sering cumbuannya begitu mteriaksangku sehingga kadang ketika tersadar Pin-pin telah berada di antara pahaku yang terbentang dan aku merasakan kontol kemaluannya telah menempel di pintu lubang kemaluanku dan kurasakan seperti sgilag menekan-nekan masuk. Kadang kepalanya telah hampir masuk semua. Sampai tahap itu biasanya aku tersadar, bangun dan mendorongnya perlahan-lahan, mendekapnya sambil berbisik.



“Kamu kan janji, nggak sampai begini khan?”

Biasanya Pin-pin tersadar dan tidak marah. Kadang sebagai tanda terima kasihku, aku membheringkannya dan sambil duduk di atas lututnya bertelanjang bulat, aku menyelesaikan birahinya itu. Aku urut kontol kemaluannya perlahan-lahan, dan mengadopsi dheri ilmunya si Dody, aku mengoleskan Sheri Ayu untuk bahan pelicin. Ejakulasinya kadang-kadang kuat sekali menerpa dada dan perutku. Begitu kuat sampai lututnya kurasakan gemetar dan kejang kurasakan di selangkanganku yang mendudukinya. Secara umum aku masih perawan sampai detik ini (jika ukurannya telah penetrasi atau belum).



Kejasusannya dengan Dody terjadi di suatu sore hheri. Hheri itu hheri cuti dan di kampus ada acara hiking pada hheri sebelumnya dan baru selesai pada sekitar jam 3 sore. Pokoknya super lelah deh. Saat itu hujan deras sekali, dan sekasarin berbasah-basah aku boncengan sama Pin-pin balik. Pin-pin cuma mengantarku sampai depan rumah dan langsung balik. Aku sambil berbasah-basah, aku membuka kunci pintu rumah, langsung ke kamar mandi belakang untuk melepas bajuku yang basah kuyup. Aku lihat Dody sgilag tertidur nyenyak di atas karpet di ruang tengah. Sementara itu hujan di luar tampak makin deras saja.



Aku segera melepas kaosku yang basah kuyup, bra, celana jeans dan celana dalamku. Aku merasakan kulit pinggulku seperti berkerut-kerut kedinginan terkena air hujan, terutama di bagian karet celana dalamku yang membentuk tekstur akibat tergencet dua hheri berturut-turut. Perutku rasanya dingin sekali, toketku makin keras dan terutama putingnya yang tegak mengacung akibat kedingingan. Aku menggunakan piyama warna pink muda yang tadi aku sambar dheri jemuran dan tanpa mengenakan apa-apa di baliknya aku mengenakannya setelah membilas diri di shower. Guyuran airnya rasanya hangat dibandingkan terpaan air hujan tadi.



Aku keluar dheri kamar mandi berpiyama dan memasukkan baju kotor tadi di tempat cucian dan bergegas masuk rumah. Dody masih tertidur dengan nyenyak di karpet, TV masih menyala, sedangkan itu hujan terdengar makin keras saja disertai angin dan petir. Perutku tiba-tiba terasa begitu lapar, sedangkan itu badanku rasanya pegal-pegal. Aku ambil roti di atas meja dan memakannya dengan ganas sambil rebahan di sofa. Dody bercelana pendek dan berkaos oblong sgilag tertidur nyenyak terdengar dheri suara dengkurannya perlahan-lahan. Di celana pendeknya terlihat bongkahan besar buah zakarnya dan samar-samar tercetak sebentuk kontol seukuran lem UHU stick ukuran kecil tampak mengarah ke atas agak miring ke kiri. Kaosnya agak tteriakkat sedikit ke atas sehingga perutnya terlihat samar-samar ditumbuhi bulu-bulu mulus.



Aku habiskan setangkup sandwich dan mulai memakan setangkup berikutnya sambil rebahan di sofa panjang di ujung karpet di mana Dody sgilag tertidur. TV sgilag menayangkan MTV most wanted, VJ-nya Sarah, kemususan ada lagu dheri Westlife. Boleh juga boys-band sekarang, mereka keren-keren. Karena lelahnya, aku rebahan di sofa sambil merasakan secara perlahan-lahan tubuhku mulai menghangat meskipun cuma diselimuti piyama tipis itu tanpa apa-apa di baliknya. Aku ambil bantal kecil dan menyelipkannya di antara pahaku dan merasakan hangatnya meresap ke dalam tubuku bagian bawah. Dody membalikkan badannya dan tengkurap dan terus tidur nyenyak.



Maksudku detik itu rebahan sebentar kemususan aku masuk kamar ganti baju dan terus tidur di kamar, eh nggak tahunya tanpa terasa aku benar-benar tertidur di sofa detik itu. Biasa saja sebenarnya aku tertidur di sofa dan bukan kali itu saja. Tapi kali itu karena lelahnya aku tidak sempat tukar piyama, atau setidaknya menggunakan sesuatu di baliknya. Sehingga aku tidak menyadheri detik aku tertidur, sesosok mata sgilag menyaksikanku dheri jarak yang begitu dekat. Begitu lelahnya aku sehingga tanpa kusadheri kain piyamaku tersingkap dan ketika kaki kananku tteriakkat dan menyandar di sandaran sofa, selangkanganku yang penuh rambut betul-betul terkuak lebar cuma sekian meter saja dheri seorang anak muda yang sgilag dalam puncak-puncaknya mencheri pengetahuan tentang seks.



Sementara aku sendiri sgilag bermimpi. Dalam mimpiku aku merasa sgilag dituntun Pin-pin sgilag menuruni bukit. Tapi detik itu aku merasakan cuma kami berdua saja dan merasakan tiba di suatu padang yang luas dan penuh dengan rumput-rumput yang tinggi dan hijau muda, dengan bunga-bunganya yang indah. Pin-pin mengajakku beristirahat dan kami rebahan sambil memandangi dataran di bawah yang tampak kotak-kotak seperti puzzle. Pin-pin mendekapku dan aku merasakan dadanya yang luas dan kuat sgilag merengkuhku dengan hangat mengalahkan dinginnya hembusan angin gunung itu.



Kemususan aku merasakan nikmatnya ketika jemheri-jemherinya mulai meremas-remas toketku, putingku dijepitnya dengan jheri tengah dan telunjuk. Aku mulai merengkuh pinggulnya dan menggerakkan tanganku ke selangkangannya dan menemukan bahwa kontol kemaluannya itu telah terkuak sehingga aku bisa merasakan tekstur kulit yang seperti berulir oleh urat-urat yang menonjol. Sementara itu aku merasakan tangannya bergerak menyusup di antara pahaku dan tiba-tiba aku merasakan telah telanjang bulat. Jemherinya mengelus-belai selangkanganku dan mengucek itilku dengan cepat. Aku merasakan nafsu yang makin naik, dan tiba-tiba aku merasakan ada anak-anak kecil berlherian di antara kami. Aku melihat senyuman Pin-pin dan ketika aku meraih wajahnya aku merasakan sesuatu yang hangat mulai masuk perlahan-lahan ke dalam tubuhku melalui selangkanganku.



Gairahku makin naik seiring dengan masuknya kontol kemaluannya itu. Dody meletakkan kedua sikunya di antara dadaku sehingga dadanya menghimpit toketku dan tiba-tiba kurasakan sesuatu yang keras menghentak masuk luabang kemaluanku dan aku merasakan sedikit rasa perih tepat ketika sesuatu menggelitik itilku. Tampaknya semua kontolnya telah masuk. Dia mengangkat pahaku dan membukankah lebar-lebar sebelum dia menherik pinggulnya sehingga kontolnya tertherik keluar perlahan-lahan. Rasanya mulai terasa nikmat. Aku mteriakkulkan tanganku ke lehernya dan tiba-tiba dia menghentakkan pinggulnya dengan kuat.



Ketika aku membuka mata aku akan menjerit tapi segera tertutupi sepasang bibir hangat. Tubuhku tergeletak sebagian di sofa, posisiku sedikit miring sehingga pinggulku berada di pinggiran sofa. Piyamaku terkuak lebar sehingga perut dan dadaku terkuak. Sepasang tangan mteriakkul punggungku dengan kuat di antara piyamaku yang terkuak. Paha kananku terbentang ke sandaran sofa, tertindih pinggul dan perutnya sedangkan paha kiriku berjuntai ke lantai tertahan sebentuk paha kokoh. Tapi bukan itu yang membikinku menjerit. Sesuatu yang keras dan hangat terasa mengganjal di dalam kemaluanku yang terasa seperti tertusuk-tusuk jarum tapi ada sedikit rasa enak ketika ditherik dan ditusukkan lagi perlahan-lahan.



Kesadaranku masih sedikit melayang antara mimpi dan kenyataan dan ketika mulai sadar penuh aku meronta. Dody menindihku dan sgilag bergerak-gerak perlahan menusuk-nusukkan kontol kemaluannya ke dalam saring kepuasanku. Kedua tangannya merengkuh punggungku di antara piyamaku yang terkuak sehingga membikin kedua tanganku berada di antara lehernya. Dadaku terhimpit kuat di bawah dadanya yang telanjang. Pinggulnya terus bergerak-gerak dengan kuat. Aku meronta-ronta sambil menjerit tapi kembali bibirnya menutupi bibirku sehingga jeritanku seperti tertelan suara hujan yang masih saja deras.



Aku menjambak rambutnya dan meronta-rontakan kedua pahaku tapi himpitannya benar-benar kuat. Kedua tangannya mengelus-elus punggungku. Tapi tampaknya tenagaku tak cukup kuat melawan kehendaknya, apalagi kondisiku detik itu begitu lelahnya. Sehingga akhirnya yang terjadi aku menyerah, dan merasakan tubuhnya memompaku dengan cepat dan kuat. Gesekan-gesekan kontol kemaluannya betul-betul mengkanvaskanku. Antara rasa nikmat yang kadang-kadang sempat muncul dan rasa perih yang juga bersamaan terasa, membikinku benar-benar di bawah kungkungan birahinya.



Rasanya lama sekali dia melakukan itu, cukup lama untuk merubah rasa perih yang ada menjadi rasa nikmat yang aneh. Sampai suatu detik Dody melepaskan rangkulannya dan mulai bergerak cepat sekali bergesekan-gesekkan kontol kemaluannya. Meskipun tubuhku lepas dheri kungkungan itu, tapi tubuhku telah tidak sanggup lagi bereaksi terhadap perbuatannya dan membiarkannya menyelesaikannya.



Beberapa detik kemususan Dody seperti menggelinjang dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat di dalam saring kepuasanku, sesuatu yang tiba-tiba mengalirkan rasa nyaman yang teramat sangat di tubuhku sebelum aku sadar apa yang terjadi dan bangun sambil berteriak dan mendorong tubuhnya sehingga menekuk kontol kemaluannya yang sgilag menusuk-nusuk sangat cepat ke dalam tubuhku.

“Dod.. jangan di dalam..!” Tapi aku terlambat, Dody telah menyuntikkan sejumlah besar pejuh ke dalam lubang kemaluanku. Dody berkeringat deras dan masih bergerak-gerak cepat ketika aku meronta dan menyebabkan kontol kemaluannya terlepas dheri dalam lubang kemaluanku. Aku melihatnya tampak berkilat, kokoh dan mendongak ke atas, kepala pelernya tampak penuh dan berkilat merah tua, ujung masih sempat menyemprotkan cairan pejuhnya dan jatuh bergerai-gerai di atas rambut kemaluanku, tampak setitik cairan putihnya menetes jatuh ke karpet.



Dengan lemah aku bangun dan menamparnya keras sekali, dan dengan sisa-sisa tenaga aku berlheri masuk ke kamar dan membanting pintunya dengan kuat. Aku menangis sejadi-jadinya di atas ranjang. Kejasusan di sore hheri itu membikinku tak bisa berpikir sampai berhheri-hheri. Bayangkan adikku sendiri memperkosaku justru di detik aku mulai menganggapnya berubah. Meskipun aku sendiri tidak menganggapnya sepenuhnya salah. Aku merasa salah juga detik itu mengapa memberikannya peluang, di detik aku betul-betul lengah. Setidaknya aku berpikir masih untung dia bukanlah adik kandungku sendiri. Aku bahkan tidak bisa bercerita kepada siapa pun. Tidak kepada Papa dan Mama, apalagi kepada Pin-pin. Salah satu pikiran terberatku, bagaimana kalau aku hamil mengingat begitu banyak pejuhnya yang masuk ke dalam saring kepuasanku. Justru bukan di persenggamaannya aku terbebani, malahan kadang-kadang aku masih sering memimpikan apa yang dilakukannya padaku itu. Juga aku bertanya-tanya kenapa tidak ada darah yang keluar, bukankah aku sendiri merasa gak pernah melakukan itu.



Kelegaan aku alami ketika sampai sekian bulan aku tidak pernah telat memperolehkan haid. Tapi sampai berbulan-bulan kemususan aku jarang bertegur sapa dengan Dody, kami seperti dua orang di dua dunia yang berbeda. Dody sibuk dengan urusannya sendiri begitu juga aku. Juga hubunganku dengan Pin-pin jadi agak canggung, kami jadi jarang bercumbu. Aku takut ketahuan Pin-pin bahwa seseorang telah merasakanku sebelumnya. Sekarang Dody telah kusarih di Bandung dan kami jarang-jarang sekali ketemu. Setiap ketemu selalu ada rasa tertentu yang muncul setiap kali dia memandangku. Papa dan Mama selalu bangga pada kami berdua.

Zila Oh Zila


Aku merupakan seorang guru komputer di sebuah kedai komputer di Perlis. Dah empat bulan bekerja di situ. Boleh kira aku ni expertlah dalam kerja mengajar komputer dan membaiki komputer ni. Kedai ni selalunya banyak student pada hari Sabtu dan Ahad tapi pada hari itu hari Selasa, student tak banyak. Cuma seorang dua saja dalam jadual. Jam dah menunjukkan pukul 9 pagi. Aku mengeluh kerana budak Liza ni tak datang-datang lagi. Kalau kau orang nak tahu si Liza ni dulu junior aku masa aku kat Sekolah. Masa tu aku Tingkatan 5, dia pula Tingkatan 3. Aku dah boring sangat dah menunggu. Kalau ikut hati aku nak tutup saja kedai. Dan tak semena-mena dia muncul. Fuh lega rasanya sebab dia dah datang. Kelas yang satu lagi pukul 3. Tak sangka pula hari ni dia nampak lawa dengan pakai skirt labuh warna biru muda dan baju body shirt. Boleh jatuh jantung. Body dia pun 34-24-36. Aku terus suruh dia duduk kat komputer dan aku pun suruh dia membuat latihan yang ada dalam buku. Sambil mengajar aku sempat menjeling ke arah buah dadanya. Mentang-mentang pakai baju ketat, buah dada pula besar dan aku pun berangan macam manalah rupa buah dadanya kalau tanpa baju. Dia bertanya macam mana nak buat kerja dan aku pun pergi ke belakang dia sambil membongkok. Tangan kanan aku pula, aku letakkan ke atas tangannya yang berada di tetikus. Wah lembut dan gebu kulit dia. Sambil mengajar aku mengusap-ngusap tanganya sambil bertanya, "Tak boring ke belajar hari ni?". Dia kata, "Boring juga tapi nak buat apa lagi selain dari belajar?". Aku pun apa lagi. Ada can ni. "Kejap ya… Liza", aku kata. Lalu pun pergi ke pintu kedai dan menguncinya. Aku datang padanya dan aku kata, "Apa kata kita layan CD?". Dia tanya, "CD apa? Kalau cerita sedih, tak naklah". "Eeh cerita best ni". Aku kata kita tengok kat komputer belakanglah. Dia kata o.k. Aku pun pasanglah CD tu kat komputer dan dia terpegun dan bertanya mana aku dapat. Aku kata adalah. Kami pun duduk rapat-rapat dan aku cuba memegang tangannya. Dia tak kisah dan aku pun terus merayap dari pangkal tangan ke atas tangan dan aku pun menarik bahunya ke bahu aku. Wow aku rasa panas badannya yang bercampur dengan bau minyak wanginya. Tangan kanan aku pun merayap dari bawah dan ke arah buah dadanya dan aku pun mengusap-ngusap buah dadanya yang semakin tegang. Aku bisik padanya, "Liza… dari dulu lagi abang nak kata pada Liza yang abang sememangnya suka dan amat mencintai Liza". Dia pun menoleh ke arah aku dah terus mata kami pun bertentang. Pucuk di cita ulam mendatang. "Liza pun begitu juga… bang". Tangan aku terus merayap ke dalam bajunya dan memegang buah dadanya yang besar. Tangan ku yang satu lagi terus menjalar ke arah pehanya dan meraba-raba. Aku pun mengajak dia duduk kat sofa. Dia mengikut saja. Di sofa kami semakin syok dan kami bercium dari mengigit bibir ke menghisap lidah. Wow… pandai juga budak ni. Aku buka baju dia dan aku pun nampak colinya yang berwarna hitam. Aku memegang tangannya dan meletakkan ke atas peha aku dan aku menyuruhnya memegang batang aku yang setengah tegang. Sambil mulut ku berubah dari leher ke buah dadanya yang dah tak ada coli. Bila masa aku buka colinya pun, aku tak sedar. Aku menjilat-jilat dan menggomol teteknya. Dia mengerang. Tangan ku terus merayap ke barang sulit Liza. Aku korek dengan jari. Dia mengerang. Aku terus buka baju aku dan seluar dan masa tu aku lihat si Liza dah mengangkang dan tangan dia pula yang sedang mengorek buritnya. Aku buka kain dia serta seluar dalamnya. Aku jilat sekitar bibir buritnya. Semakin kuat dia mengerang. Aku gigit manja kelentitnya. Kemudian aku pun terus mengetuk buritnya dengan batang zakar aku dan aku cuba jolok batang aku ke dalam. Ketat lagi. Aku menolak kangkangnya agar lebih luas dan terus aku jolok. Dia mengerang kesakitan. Perlahan-lahan aku jolok tarik dan jolok tarik kemudian semakin laju. "Mmmmm sedap bang… mmmm… lagi bang". Nafas Liza turun naik. Tangan aku meramas-ramas teteknya. Aku henjut kuat-kuat. Panas betul burit Liza ni. Lama aku peram batang aku kat buritnya sebab aku rasa macam dah nak keluar. Tiba-tiba Liza berkata, "Bang… Liza nak try hisap abang punya boleh?". Aku pun terus tarik keluar batang aku dari buritnya. Dia terus memegang dan mengulum batang aku. Best betul dia hisap. 15 minit kemudian aku menruskan proses henjutan tadi. Aku lihat Liza dah dua kali klimak. Aku pun terus henjut dan henjut sehingga aku pun terpancut. Nasib baik sempat tarik keluar. Liza tersenyum puas. Semenjak hari itu kami sentiasa keluar bersama dan berasmara bersama bila tak ada orang kat kedai atau rumah dia tetapi jarang sekali aku bawa dia ke rumah

Rubitah


Aku bersekolah di salah sebuah sekolah di ibu kota.walaupun aku. bersekolah di Bandar namun kebanyakan cilgu yang mengajar di sekolah itu mengenakan tudung.dalam erti kata lain kebanyakanya berwatakan alim-alim belaka.Dalam banyak-banyak cikgu yang mengajar di sekolah aku itu ada seorang cikgu yang aku paling tertarik iaitu cikgu rubitah.beliau mengajar matapelajaran pendidikan seni

Cikgu rubitah merupakan seorang yang tegas dan garang.Ramai pelajar yang bencikan sikapnya yang selalu mendenda pelajar tak tentu pasal.Asal ada sahaja pelajar yang buat hal habis satu kelas jadi mangsa.kebetulan kelas aku pada tahun ini diajar olehnya.Setiap kali diberi kerja rumah aku tak pernah siap.Nak buat macam mana aku tidak begitu gemar dengan matapelajaran itu disebabkan oleh sikapnya.

Namun aku telah lama memendam rasa dengan cikgu rubitah.Walaupun sikapnya buruk namun ada sesuatu yang bagiku tidak buruk.Beliau mempunyai bentuk badan yang menarik.Buah dadanya besar.Walaupun beliau sering mengenakan tudung namun tidak mampu untuk menghalang fikiran ku untuk berimaginasi tentang dirinya.Dia sentiasa ku buat model untuk melancap.Aku sentiasa berangan-berangan dapat bersetubuh dengannya.Kebetulan pula aku memang menggemari adegan sex secara paksa atau nama lainnya rogol.

Hari ini hari selasa.dua matapelajaran terakhir adalah matapelajaran pendidikan seni.Huh aku memang sudah sedia untuk dimaki olehnya.Oleh kerana kerja yang disuruh selesaikan belum lagi aku buat.tapi selalunya bukan sahaja dimaki.Aku juga sudah lali dengan sebatan rotan yang datang dari tangannya.
Seperti yang telah ku jangka .Apabila tiba waktu pendidikan seni.Hukuman pun dijalankan.Tapi yang peliknya kali ini aku yang paling teruk terkena hukuman.Pelajar lain hanya setakat dirotan di tangan.Aku bukan setakat dirotan ,malah dimaki hamun dan dihalau dari kelas itu.Beliau berkata tidak tahan lagi melihat muka aku.Huh panas betul hati aku hari ini.Naik segan aku dengan pelajar lain.Aku pun mula berjalan keluar dari kelas tanpa ada tujuan.Aku pun singgah sekejap di tandas untuk melepaskan geram.

Semasa didalam tandas aku pun melepaskan boring dengan menghisap rokok.Wajah cikgu rubitah tidak hilang dari fikiran ku.Cikgu yang sentiasa mendatangkan masalah kepada aku.Tiba-tiba aku mula terfikir yang bukan dia sahaja yang boleh mendenda aku.Aku juga punyai daya untuk mendenda dia.Mengapa aku tidak mendenda dia setelah dia buat aku begini .Mungkin dulu dia tidak mendenda aku secara keterlaluan.Tapi sekarang dia telah membuatkan sabar aku pergi ke tahap kemuncak.Aku mula berfikir bagaimana untuk mencari peluang untuk mengenakannya.

Bilik cikgu rubitah sepatutnya terletak di bilik guru.Tapi mungkin disebabkan beliau merupakan seorang guru panitia pendidikan seni.Beliau sentiasa berada di makmal pendidikan seni.Kebetulan pula makmal pendidikan seni sekolah aku terletak di bagunan paling hujung.Bangunan itu sungguh sunyi.Cikgu rubitah selalunya tidak pulang awal.Setelah habis mengajar,beliau selalu berada di bilik ini sebelum pulang.Tentulah aku tahu kerana sebenarnya sudah lama aku perhatikan gerak-gerinya.Aku keluar daripada tandas dan terus menuju ke makmal sains untuk mendapatkan peralatan untuk menjayakan `projek' aku ini.Apabila sampai di makmal sains aku dapati tiada seorang pun di dalam.Pembantu makmal sains ini memang seorang yang pemalas.Beliau sepatutnya menjaga makmal ini sepanjang waktu persekolahan tapi sekarang entah kemana dia pergi pun aku tak tahu.Aku ingatkan dalam dunia ni aku seorang sahaja yang pemalas rupanya ada lagi spesis yang serupa macam aku.

Aku lantas masuk ke dalam makmal lalu mencari cecair yang berlabel chloroform. Setelah cecair itu aku jumpai aku terus mangambilnya dan terus aku sorokan di tempat yang tidak ada ramai orang lalu-lalang sementara hendak menunggu waktu persekolahan tamat.Kerana pelajar yang memiliki cecair ini adalah satu kesalahan dan boleh dikenakan hukuman yang berat.Apatah lagi cecair itu aku curi dari makmal.

Waktu yang aku nantikan sudah tiba .Setelah hampir 2 jam aku merayau tanpa tujuan. Dari jauh aku lihat seorang demi seorang pelajar kelas ku beredar pulang. Akhirnya keluarlah seorang cikgu yang pada aku akan menjadi mangsa nafsu buas aku hari ini.beliau berjalan seorangan menuju ku makmal pendidikan seni.Aku memang sebenarnya sudah bersedia dengan sapu tangan yang telah ku letak cecair chloroform,lalu pelahan-perlahan aku mengekorinya dalam jarak lebih kurang 30 meter.Setelah dia sampai di pintu makmal dia pun mengeluarkan kunci dari dalam beg tangannya untuk membuka pintu makmal yang berkunci. Peluang inilah yang aku tidak sia-siakan.Dari belakang aku terus menerkamnya.dengan menutup mulutnya dengan menggunakan sapu tangan tadi.Tidak sampai beberapa saat beliau pun rebah.Aku terus mengheretnya masuk ke dalam makmal.Dan mengikat kedua belah tangannya dengan menggunakan tali pinggangku.Pintu makmal aku tutup dan aku kunci dari dalam.

Setelah beberapa minit beliau pun sedar dari pengsan.Dilihatnya kedua belah tangan terikat,dan aku berdiri megah di hadapannya.Aku terus menjerit "oh kau pandai-pandai denda aku ya? sekarang kau rasa denda aku pula ha ha ha"cikgu Rubitah terkejut lalu terus menjerit meminta tolong.

Lantas aku berkata"jeritlah sekuat manapun takde orang yang akan dengar".
Sambil ketawa besar aku terus menghampirinya dan aku berkata
`sekarang kita akan mulakan permainan'. Cikgu Rubitah terus menangis meminta tolong dan meminta supaya dirinya jangan diapa-apakan.

'hoh aku memang sudah lama mengidamkan badan kau ni he he, hari ini kau rasakan penangan aku'.Cikgu rubitah menjadi semakin takut terlihat wajahnya sungguh pucat. Tetapi bagiku semakin dia takut semakin menaikkan nafsu aku. Aku gemar melihat dia dalam ketakutan.
'Ah mugnkin selama ini aku hanya melepaskan peluang yang sentiasa ada di depan mataku'.
Aku pun memulakan permainan dengan memeluknya dari belakang .Cikgu rubitah dari tadi tidak henti-henti meminta tolong supaya dilepaskan.Aku pun meletakkan kedua-dua belah tangan ku di teteknya. 'wah sungguh enak sekali beruntung betul suami kau ya dapat `pump' payu dara macam ni hari-hari'.

Aku pun mula meramas-ramas teteknya.Walaupun tangan aku terletak di luar baju kurungnya tapi sudah cukup untuk aku rasakan kepejalan teteknya. Setelah puas mengepam payu dara. Aku pun menukar sasaran."sekarang aku nak rasa pula bontot kau'.
Aku pun terus meraba-raba bontotnya sesekali menepuk-nepuk bontotnya yang memang bagi aku first class.

"Kau ni kalau jadi pelacur,memang boleh jadi pelacur kelas atasan'.
Cikgu Rubitah dari tadi tidak berhenti-henti meminta tolong dan ini membuatkan aku rasa semakin menyampah. Lantas aku ambil'butterfly' dari dalam beg aku dan terus aku hunuskan ke mukanya lalu berkata 'sepatah lagi perkataan keluar dari mulut kau habis kau aku kerjakan, kalau kau taknak mati baik kau senyap' Cikgu Rubitah terus diam menahan tangisan.
'Bagus ,sekarang ikut cakap ok?'.

Aku terus mengeluarkan konek aku dari dalam seluar. Konek yang setiap hari aku lancap dengan hanya bertemankan imginasi wanita di hadapan aku sekarang.Tapi bertuah betul aku hari ini dapat yang `real'. Cikgu Rubitah terkejut apabila melihat konekku yang besar di hadapan mukanya. Dengan perlahan aku berkata 'sekarang kolom'.

Cikgu Rubitah enggan berbuat demikian dan ini membuatkan aku naik marah lalu aku menarik kepalanya yang masih bertudung hampir ke konek ku lalu memasukkan konekku ke dalam mulutnya dan Menjerit 'hisap'.

Dalam ketakutan Cikgu Rubitah terus mengolom konek aku secara paksa.Walaupun ianya secara paksaan tapi aku dapat rasakan ianya sungguh sedap sekali memang beruntung lelaki yang koneknya dihisap oleh cikgu ini.Dan lelaki itu termasuklah aku. Setelah beberapa saat aku melajukan `rentak permainan' dengan menggerakan kepala cikgu Rubitah dengan laju.Cikgu Rubitah terpaksa mengikut rentak aku mana tidaknya setelah aku ugutnya dengan kejam, mungkin kerana terlalu takut. Setelah puas membuat aksi mengolom aku seterusnya menyuruh cikgu Rubitah menghisap telur ku.Dia dengan terpaksa menghisap telur ku dengan perlahan .Aku dapat merasakan kenikmatannya ketika cikgu Rubitah menghisap kedua biji telur ku.Sungguh lembut sekali lidahnya.

Setelah beberapa minit bermain `blowjob'aku pun menjadi tidak sabar-sabar merasakan permainan yang sebenarnya.

'Sekarang kita akan mulakan permainan sebenar,dengar sini aku tidak akan buka pakaian kau.apa aku nak buka cuma kain kau sahaja, kita akan bermain secara `fullyclothed'.
Sebenarnya aku memang berminat bermain secara fullyclothed dan sekarang aku akan merogolnya dengan baju dan tudungnya masih dipakai. Aku dengan pelahan membuka kainnya,dan melihat celana dalam yang dipakai sudah basah.aku terus menangggalkan celana yang berwarna putih itu.Cikgu Rubitah hanya berdiam diri sahaja terpaksa melihatkan kejadian tidak diingini.Setelah membuka celananya aku terus menepuk-nepuk bontonya,
'memang sedaplah bontot kau ni'.

Aku membuka kakinya lebar-lebar dan terus meletakkan tangan aku ke sasaran yang sebenarnya iaitu pantatnya yang bagiku sungguh montok sekali. Pantatnya dikelilingi bulu-bulu yang agak lebat betul-betul menaikkan nafsu aku. Cikgu Rubitah hanya melihat sahaja perbuatan ku. Aku terus meraba-raba kelentitnya dan ku lihat dia hanya memejamkan matanya menahan `steam'.

Setelah puas meraba cipapnya,tibalah acara kemuncak untuk majlis hari ini. Aku dengan cepat baring secara mengiring di belakangnya dan memasukkan konek aku ke dalam pantanya. Aku bermain secara `doggystyle'. Aku menggerakkan pinggang aku secara perlahan ke depan dan ke belakang. Aku mendongak lalu memejamkan mata menahan nikmat sex. Waktu inilah aku rasakan seperti bulan jatuh ke bumi memang sedap sekali pantatnya.
'Kalaulah aku dapat main dengan kau hari-hari memang sedap'.

Dan aku terus melajukan rentakku. Aku dapat mendengar Cikgu Rubitah berdengus dengan perlahan. Mungkin kerana sekali lagi dia menahan nikmat. Menahan nikmat dengan orang yang merogolnya. Aku seterusnya menukar posisi. Sekarang aku akan merogolnya dari arah depan pula. Sambil aku menghayun badan sambil aku mengucup bibirnya. Sungguh enak sekali bermain pada posisi ini. Sesekali tangan aku akan meramas-ramas teteknya yang pejal. Aku juga mencuba bermacam-macam posisi yang aku tiru dari filem `blue' yang pernah aku tonton. Memang betul-betul menyelerakan aku. Bermacam-macam aksi aku lakukan.

Setelah hampir 20 minit berperang, aku dapat merasakan yang aku sudah sampai ke puncak. Aku sudah sampai untuk klimax. Waktu inilah yang paling aku suka. Apabila aku rasakan air mani sudah hendak keluar, aku cepat-cepat menarik konek aku keluar dan meletakkan konek aku di depan mukanya. Lalu aku menjerit dengan kuat
"aaaaaaaaaaaaaarrrrghhhhhhhhhhh".

Dengan kuatnya aku memicit-micit konek aku di depan mukanya lalu terpancutlah air mani aku membasahi muka cikgu Rubitah. Banyak juga air mani aku keluar. Mungkin disebabkan hari ini aku dapat cikgu Rubitah yang real.Habis basah muka cikgu Rubitah bukan sahaja mukanya sahaja yang basah malah tudungnya juga menjadi sasaran tembakan aku. Aku pun terus menempekan konek ku ke mukanya dan sekali lagi aku menyuruhnya mengolom untuk membuang sisa-sisa air mani yang tinggal.

Setelah puas aku berehat sekejap sambil memandang cikgu Rubitah. Dia langsung rebah tidak bertenaga baru dia tahu penangan pelajar yang selalu didendanya.
Setelah puas berehat aku dengan lantang berkata

`servis kau memang sedap sekali' sambil terseyum. Cikgu Rubitah hanya diam sahaja pasrah dengan apa yang terjadi keatas dirinya.

'Kau ingat acara hari ini dah tamat? he he belum lagi…..'. Aku terus megeluarkan handphone kamera dari beg aku lalu aku terus membuka bajunya dan sekarang tinggallah cikgu Rubitah berbogel dengan hanya tinggal tudung sahaja di kepalanya dan tangannya yang masih terikat.
Aku terus mengambil gambar cikgu Rubitah yang berlumuran air mani di muka. Setiap sudut aku tidak tinggalkan. Aku juga menyuruh dia membuat beberapa gaya `pose' yang bagiku seperti gaya seorang pelacur.

Setelah banyak gambar aku ambil aku pun terus bersuara `kalau kau bagitahu sesiapa siap kau aku bagi gambar ini dekat suami kau' biar dia ceraikan kau ha ha `.

'dengar permainan hari ini sudah berakhir tapi aku belum habis lagi dengan kau ,kalau kau taknak aku sebarkan gambar ini,kau perlu servis aku bila bila masa aku perlukan kau `. Cikgu Rubitah pun menghanggukkan kepala tanda setuju.
'Bagus sekarang kau boleh pulang'.

Aku dengan perlahan membuka ikatan tangannya. Dia dengan segera memakai semula pakaiannya lalu pergi meninggalkan aku. Namun sebelum sempat dia pergi,aku sekali lagi meramas teteknya dan berkata
'ingat bila-bila masa yang aku mahu'.

Keesokan harinya aku lihat cikgu Rubitah tidak banyak bercakap. Mungkin disebabkan peristiwa hitamnya dengan aku. Tapi mulai sekarang aku sudah mempunyai pelacur atasan aku sendiri. Cikgu Rubitah akan memberi layanan kepada aku bila bila masa yang aku mahu. Kami sentiasa menjalankan projek di makmal yang sunyi itu. Mungkin kerana terlalu malu atau sayang kepada suaminya dia terpaksa mengambil risiko ini. Cikgu Rubitah tidak lagi mendenda aku dia hanya berdiam diri sahaja dan kurang bercakap.

Beberapa bulan selepas itu aku dapati perut cikgu Rubitah semakin membusung besar. Setahu aku,tidak pernah aku memancut ke dalam pantatnya. Aku lebih gemar mebasahkan mukanya dengan air mani aku. Tapi yang jelas aku tidak pernah menggunakan kondom semasa beraksi. Mungkin juga bayi dalam kandungan adalah anakku. Tapi aku tidak kisah semua itu kerana cikgu Rubitah tidak akan memecahkan rahsia hubungan kami. Mana mungkin dia mahu orang lain tahu yang anak dalam kandungan itu bukan milik suaminya. Aku berhenti melakukan projek dengannya memandangkan dia sedang hamil.

Tapi aku telah memberitahunya yang dia mesti menggantikan waktu hamilnya untuk memuaskan aku setelah dia beranak nanti.Dia hanya mengikut sahaja telunjuk ku. Ahhhh itu semua tidak penting yang penting sekarang aku puas.ha ha ha ha………..Jatuhnya seorang cikgu yang bertudung tapi berbadan montok di tangan aku.

Kisah Cikgu Kalsom Part 1


Aku mendapat kerja sementara sebagai guru sandaran. Aku mengajar matematik di sebuah sekolah rendah. Di sekolah, aku meminati seorang guru yang mengajar subjek bahasa melayu. Kalsom namanya dan dia berumur dalam lingkungan 42 ketika itu. Suaminya promoter dan pemandu van rokok. Mempunyai 2 orang anak. Cikgu Kalsom memiliki wajah yang cantik, hidungnya yang sedikit mancung itu menampilkan dirinya seperti seorang berdarah kacukan melayu-mamak. Kulitnya yang putih dan cerah itu memberikan pandangan yang menawan. Meskipun tubuhnya agak besar, maksud ku tidak gemuk, cuma besar dan tidak mempunyai shape yang menarik namun dia memiliki ciri-ciri yang ku geramkan.
Pehanya yang gebu dan betisnya yang membunting seringkali memberikan debaran di dada ku setiap kali aku memandangnya. Lebih-lebih lagi jika dia memakai pakaian favourite ku iaitu baju kurung hijau berkain satin kuning yang terbelah di hadapan, baju kurung satin putih dan baju kurung bunga-bunga hijau. Wajahnya yang cantik itu juga seringkali menaikkan nafsu ku. Dengan tudungnya yang kemas membalut kepalanya, aku seringkali tewas melancap sendirian di bilik air sambil membayangkannya. Namun, ada satu lagi yang benar-benar membuatkan aku begitu teringin sekali untuk memiliki dirinya. Sesungguhnya cikgu Kalsom memang bertuah memiliki buah dada yang besar. Buah dadanya seringkali mencuri tumpuan guru-guru lelaki dan aku tidak terkecuali. Sudah bergelen air mani aku bazirkan gara-gara keberahian ku kepadanya tidak dapat ditahan. Keinginan ku untuk memilikinya telah mendorong ku untuk menjadi lebih gentleman dan berani melakukan maksiat.
Aku memang gemar berbual dengan guru-guru yang sedang free di bilik guru. Pada hari itu, aku memang bernasib baik kerana hanya aku dan dia sahaja di bilik guru sementara kebanyakkan guru lain masih mengajar dan ada juga yang mengikuti acara sukan antara sekolah di sekolah lain. Untuk menuju ke meja ku, aku akan melalui mejanya dimana aku akan melalui belakang tubuhnya yang sedang duduk di kerusi. Dari pantry, aku mencuri-curi pandang sambil buat-buat membuat air, namun mata ku tidak lepas dari memandangnya. Aku kemudian tersedar bahawa dia ingin bangun dari kerusi dan dengan segera aku buat-buat menuju ke meja ku. Sebaik sampai di belakangnya, cikgu Kalsom yang tidak sedar aku melalui belakangnya terus bangun dan memusingkan badannya membuatkan kami berlaga dengan kuat. Memang timing aku tepat pada masa tu. Akibat dari perlanggaran tubuh kami yang kuat tubuhnya hampir rebah ke belakang. Aku yang memang sudah penuh dengan akal lantas memautnya dan terus memeluk tubuhnya erat. Dalam keadaan tubuhnya yang hampir terlentang itu, dia juga turut memaut tubuhku dan ini membuatkan pelukan kami semakin erat dan rapat. Tubuh gebunya yang licin dibaluti baju kurung satin putih itu aku ramas penuh geram. Kemudian aku menarik tubuhnya supaya dapat berdiri tegak dan stabil dan kemudian aku melepaskan pelukan ku.
"Cikgu Kalsom, maaf, saya tak dapat nak elak tadi. Cikgu Kalsom tiba-tiba je bangun dan pusing mengadap saya" aku berpura-pura meminta maaf.
"Ohh, tak pe. Saya juga minita maaf. Sepatutnya saya tengok-tengok dulu tadi. Awak ok?" tanya cikgu Kalsom penuh innocent.
"Saya ok, cikgu Kalsom ok?" aku pula bertanya dan berbuat baik seperti malaikat, sedangkan tanduk dah sebesar dunia atas kepala time tu, cuma tak nampak je.
"Saya ok, saya nak ke pantry tadi. Maaf ye.."cikgu Kalsom kembali meminta maaf.
"Tak pe cikgu.. " aku terus menuju ke meja ku setelah mengetahui bahawa dia ingin ke pantry.
Dari meja, aku perhatikan tubuhnya berjalan menuju ke pantry. Baju kurung yang licin membalut tubuhnya kelihatan sendat mengikut bentuk tubuhnya yang mampat dan gebu. Aku serta merta menggosok batang ku dari luar seluaar dan membangkitkan rasa ghairah semakin mengembang. Aku nekad, aku mesti dapatkannya. Aku mesti pancut di tubuhnya yang dibaluti baju kurung satin putih itu hari ini juga. Bukan senang nak dapat line clear dan berdua sahaja dengan dia macam tu. Aku terus bangun dari kerusi dan menuju ke pantry.
Di pantry, aku lihat cikgu Kalsom sedang mengisi air panas di dalam mug. Dia menyedari kehadiranku. Dia menoleh dan tersenyum kepada ku yang sedang tercegat memerhatikannya di pintu. Kemudian dia kembali menumpukan kepada aktivitinya membuat air. Aku berjalan perlahan-lahan menghampirinya dalam debaran yang semakin kencang.
"Nak air ke? Nak saya buatkan?" tanya cikgu Kalsom tanpa memandang ku yang sedang berdiri di sebelahnya.
"Err.. tak apa cikgu Kalsom. Saya baru lepas minum tadi. Sebenarnya saya nak minta maaf pasal tadi." kata ku gugup.
"Ehh.. tak ada apa-apalah. Saya tak kisah, lagi pun bukan salah awak. " kata cikgu Kalsom sambil memandang ku.
"Bukan pasal itu cikgu, tapi pasal tadi masa cikgu nak terjatuh, saya…. err… " aku gugup hendak meluahkan kata-kata.
"Apa dia, cakaplah.." cikgu Kalsom meyakinkan ku sambil membancuh minuman tanpa memandang ku yang sedang berdiri di sebelahnya.
"Saya peluk cikgu Kalsom. Bukan tu je, tapi saya raba sekali tubuh cikgu.. Maaf ye cikgu Kalsom.." aku meminta maaf perangkap dalam debaran.
Cikgu Kalsom terdiam, sudu yang mengacau air di dalam mug terhenti serta merta. Kemudian tanpa memandang ku, dia kembali mengacau minumannya sambil tersenyum sendirian.
"Tak pe.. saya tak kisah. Lagi pun bukan ada sesiapa nampak kan.. " kata cikgu Kalsom membuatkan aku bersorak girangan di dalam hati.
Nampaknya aku ada peluang, perangkap sudah semakin mengena sasaran nampaknya. Memang bijak betul aku mencari helah untuk menikmati tubuhnya.
"Betul ke cikgu tak kisah saya pegang-pegang tadi?" tanya ku lagi.
"Ye, tak apa.. " jawabnya ringkas.
Aku hampiri cikgu Kalsom serapat yang boleh tanpa menyentuhnya. Perlahan-lahan aku usap-usap lengannya. Kelicinan daging gebunya yang dibaluti baju kurung satin itu membuatkan aku semakin ghairah. Sesekali aku ramas-ramas lengannya.
"Zin.. awak nak buat apa ni?" tanya cikgu Kalsom sambil tersenyum memandang ku.
"Cikgu cantiklah, saya tak dapat tahan untuk peluk cikgu tadi. Lagi pun cikgu tak kisahkan? Sementara tak ada orang lagi ni, bagi saya pegang tubuh cikgu sekali lagi ye… " suara ku lembut seperti berbisik ke telinganya.
"Awak suka saya ke? Saya ni kan dah tua. Anak dah 2 orang dah. Bini orang pulak tu. " cikgu Kalsom cuba menguji nampaknya.
"Saya tak kira, saya nak juga… saya nak juga… Kalsom…… " tangan aku terus merangkul tubuhnya dan bibirku terus melekat di bibirnya.
Tanpa mengelak, cikgu Kalsom terus menerima kucupan dari ku dan memberikan tindak balas yang mengasyikkan. Kami kemudiannya berpelukan sambil berkucupan di dalam pantry. Tangan ku puas meraba seluruh pelusuk tubuhnya hingga aku akhirnya berjaya meraba tubuhnya dari dalam bajunya. Hook branya ku buka, buah dadanya yang besar itu akhirnya membuai-buai terdedah dari baju kurungnya yang ku selak ke atas. Berkali-kali aku menelan air liur melihat buah dadanya yang aku geramkan selama itu akhirnya berada di hadapan mata. Aku usap buah dadanya dan ku ramas-ramas perlahan. Selama ini, sepanjang pengalaman aku bersetubuh dengan wanita, tidak pernah aku menikmati buah dada sebesar milik cikgu Kalsom. Seperti betik yang sedang mengkal, putingnya yang sederhana besar dan berwarna kehitaman itu aku hisap seperti bayi kecil gamaknya. Cikgu Kalsom membiarkan perbuatan ku. Sambil tersenyum, dia menetek sambil memandang ku. Aku yang sedang sedap menghisap tetek cikgu Kalsom yang besar itu lantas mengeluarkan batang ku dari zip seluar yang telah ku buka. Aku hunuskan batang ku yang keras berurat itu ke arah peha cikgu Kalsom. Oleh kerana kedudukan ku yang membongkok itu, maka sukar untuk aku merapatkannya secara berhadapan. Lalu aku terus beralih ke bahagian kiri tubuhnya. Dengan mulutku yang masih tak mahu lepas dari teteknya, aku merangkul pinggang cikgu kalsom dari tepi lalu aku rapatkan batang ku ke pehanya. Kelicinan kain satin yang dipakai cikgu Kalsom menyentuh kepala batang ku dan ianya membuatkan batang ku semakin mengeras dan nafsu ku semakin berahi. Tangan kiri ku pula meraba perut dan tundunnya yang tembam dan masih terselindung di balik kain yang dipakainya.
Tekanan dan geselan batang ku di pehanya yang dibaluti kain yang licin itu telah membuatkan cikgu Kalsom menyedari akan tindakan ku yang semakin berani itu. Dia terus meraba-raba mencari batang ku dan akhirnya dia menggenggamnya erat.
"Awak ni.. dah tak tahan ye?" bisik cikgu Kalsom kepada ku.
Aku memandangnya, kelihatan matanya meliar melihat keadaan di luar pantry. Takut ada orang datang. Lalu aku lepaskan teteknya dari mulutku. Aku kembali berdiri tegak mengadapnya dari sisi sambil terus merangkul dan merapatkan tubuh ku ke tubuhnya.
"Saya tak tahan cikgu.. Cikgu Kalsom pegang apa tu?" aku sengaja menguji cikgu Kalsom.
"Saya pegang burung yang dah gatal ni. Kerasnyaaa… hmmm… " jawab cikgu Kalsom sambil menggenggam batang ku geram.
"Suami cikgu punya ada macam saya punya?" tanya ku untuk menambah berahinya.
"Lebih kurang, cuma awak punya.. mmm… keras sangat laa… " jawab cikgu Kalsom tersipu-sipu.
Aku yakin cikgu Kalsom sudah semakin bernafsu ketika dia memegang batang ku itu. Reaksinya sama seperti ketika aku bersetubuh dengan kak Sue dahulu. Hembusan nafasnya semakin kuat, seiring dengan tangannya yang menggenggam batang ku semakin kuat. Aku kemudian mengucup bibirnya sambil tangan ku meraba-raba punggung dan perutnya yang membuncit itu. Tundunnya sesekali aku ramas dan usap penuh geram. Kelicinan kain satin putih yang membalut tubuhnya membuatkan nafsu ku semakin membara. Cikgu Kalsom mengucup bibirku penuh nafsu. Tangannya sudah mula merocoh batang ku dan sesekali dia menggosokkan kepala batang ku di peha gebunya yang licin itu.
"Saya nak cikgu Kalsom… " kata ku berbisik kepadanya.
"Nak apa" jawab cikgu Kalsom sambil tersengih.
"Saya nak cikgu… Please… " pinta ku seperti menagih simpati.
"Sini tak boleh, bila-bila masa je cikgu-cikgu lain boleh masuk… Lain kali ye.. " cadangnya kepada ku.
"Cikgu lancapkan pun tak apa. Sekurang-kurangnya saya tak kempunan hari ni. Boleh ye sayang… "pinta ku kepadanya.
"Ok… " jawab cikgu Kalsom sambil tangannya terus melancapkan batang ku.
Sambil dia melancapkan batangku, aku kembali membetulkan pakaiannya. Hook branya ku kancing semula dan baju kurung yang ku selak tadi ku turunkan semula menutupi tubuhnya. Kemudian aku kembali meramas dan mengusap seluruh tubuhnya yang gebu itu.
"Cikgu… saya suka cikgu pakai baju kurung satin ni. Buat saya tak tahan.. " aku merintih kenikmatan dilancap oleh cikgu kalsom.
"Ye ke.. suka kain satin yang licin ni? Ok, kalau cam tu, macam mana kalau.. saya buat macam ni… " kata cikgu Kalsom sambil tangannya membaluti batang ku dengan kain baju kurung satinnya yang licin itu.
"Sedap tak?" tanya cikgu Kalsom sambil tangannya melancapkan batang ku menggunakan kain baju kurungnya.
" Ohhh… sedapnya cikguuu….. "aku semakin berahi tatkala cikgu Kalsom melancapkan batang ku.
"Cikgu… saya nak terpancutt… uuhhhh… " aku memberi amaran kepadanya.
Cikgu Kalsom nampaknya terus melancapkan batang ku tanpa menampakkan tanda-tanda hendak berhenti. Aku yang semakin kekejangan hampir ke puncak itu memeluk tubuh cikgu Kalsom penuh nafsu.
"Hmm.. keras betul lah awak punya ni… Sayang rasanya nak saya lepaskan… " cikgu Kalsom nampaknya betul-betul geram dengan batang ku.
"Cikgu Kal… Sommmm….. OOhhhhhh….. Kalsommm… sayangggg… " aku merintih serentak dengan pancutan air mani yang memancut keluar.
Cikgu Kalsom melancap batang ku yang berdenyut-denyut di dalam genggamannya. Wajahnya yang cantik itu aku tatap penuh berahi. Kemerah-merahan wajahnya menerima pancutan air mani ku yang banyak di tubuhnya itu. Batangku seperti diperah-perah tangannya.
"Banyaknya air mani awak Zin.. " Cikgu Kalsom seperti terkejut sebaik dia melihat batang ku yang selesai memancutkan air mani di dalam genggamannya.
Air mani ku yang terpancut itu kelihatan meninggalkan kesan basah yang amat besar dan banyak di baju kurungnya. Oleh kerana baju kurungnya berwarna putih, jenis satin plain pula tu, maka ianya dapat dilihat dengan jelas.
"Macam mana cikgu, nanti cikgu nak cakap apa kalau orang tegur kesan basah ni." aku bertanya ingin tahu.
"Takpe, saya cakap je air tumpah.. Balik nanti saya cuci lah. Lagi pun bukan ke kejap lagi habis waktu sekolah." cikgu Kalsom menerangkan kepada ku.
Aku menangguk setuju. Selesai sahaja perbuatan terkutuk itu, segera kami pergi ke meja masing-masing. Pada waktu pulang, aku terlihat cikgu Kalsom menunggu kehadiran suaminya di porch sekolah. Dia ternampak kelibat aku memerhatinya. Dari jauh aku lihat dia tersenyum kepada ku dan sambil itu dia memandang ke bawah, menunjukkan dia menggunakan fail sebagai penutup kesan tompokan air mani ku di baju kurungnya. Aku mengangguk memahami taktiknya dan terus berlalu dari situ menuju ke tempat letak motorsikal.

Kisah Cikgu Kalsom Part 2


Selepas peristiwa aku dilancapkan oleh cikgu Kalsom, aku menjadi begitu merinduinya. Sehari kalau aku tak nampak dia macam nak gila rasanya. Setiap kali kami bertemu, pasti hanya senyuman yang terpamer di bibir kami berdua. Senyuman yang penuh rahsia dan sulit untuk diperkatakan. Keinginan ku untuk mendampingi cikgu Kalsom lebih rapat terhalang berikutan tiada ruang waktu untuk kami bersama. Nasib baik aku gamble je ngorat dia hari tu, kalau tak, mesti susah nak dapat. Sekarang aku dah dapat, cuma waktu je tak ada yang sesuai. Lebih-lebih lagi selepas habis waktu sekolah, persekolahan sessi petang juga menjadi salah satu batu penghalang untuk kami bertemu.
Aku tahu, dia juga menginginkannya. Setiap kali kami terserempak samada di tangga atau di tempat-tempat yang tidak dilihat orang, tangannya akan meraba batang ku sekali lalu. Begitu juga dengan ku yang akan meraba cipapnya sekali lalu. Dapat sentuh sikit pun jadilah, buat ubat rindu.
Kerinduan kami berdua sudah sampai ke tahap paling kritikal. Cikgu Kalsom sering sahaja memakai baju kurung putih satin. Dari mejanya di bilik guru, dia selalu merenungku seperti meminta sesuatu. Aku tahu apa yang diinginkannya. Hinggalah pada hari itu cikgu Kalsom memberi isyarat mata kepada ku untuk mengikutnya ketika waktu rehat. Aku mengekorinya dari jauh dan kelihatan dia masuk ke bilik buku teks. Bilik tersebut memang tiada sesiapa yang akan masuk kecuali jika ada urusan berkenaan buku teks.
Di dalam bilik itu, aku perhatikan tiada sesiapa, hanya kelibat cikgu Kalsom menuju ke belakang rak. Perlahan-lahan aku tutup pintu dan biarkannya tidak berkunci supaya tidak menimbulkan syak wasangka bagi sesiapa sahaja yang memasuki bilik tersebut. Aku dapatkan cikgu Kalsom yang sedang berdiri bersandar pada rak buku teks menanti kehadiran ku. Sebaik sahaja aku mendekatinya, cikgu Kalsom terus sahaja memeluk ku erat. Aku juga memeluknya erat. Bibir kami bercantum dan berkucupan penuh nafsu. Berdecit-decit bunyi mulut kami yang berlaga sesama sendiri, sementara tangan aku tak lepas peluang meraba seluruh pelusuk tubuhnya, begitu juga dirinya.
"Zin.. saya rindu awak…" Cikgu Kalsom berkata sayu sambil mendongak memandang wajah ku.
"Saya juga rindukan awak sayang. Kalsom… saya tak tahan… " bisikku kepadanya.
"Saya pun… Kita bersatu sekarang ye… " bisik cikgu Kalsom seperti pelacur meyakinkan pelanggannya.
Aku mengangguk perlahan tanda setuju. Cikgu Kalsom pun terus membuka seluar ku. Sebaik sahaja seluar dan spender aku terlorot hingga ke lantai, cikgu Kalsom terus sahaja menyambar batang ku yang sudah keras mencanak itu. Tanpa di suruh, dia terus menyuap batang ku ke dalam mulutnya. Seperti kelaparan gamaknya, dia menghisap batang ku penuh nafsu. Nafsu ku juga semakin tidak keruan. Lebih-lebih lagi apabila melihatkan seorang wanita yang masih lengkap berpakaian berlutut menghisap batang ku. Kepalanya yang bertudung itu maju mundur seiring dengan batang ku yang keluar masuk mulutnya. Lidahnya sengaja bermain dengan kuat di batang ku yang keras itu. Tubuhnya yang berlutut di hadapan tidak ubah seperti sarung nangka. Ianya membangkitkan nafsu ku ke tahap paling maksima.
Kemudian cikgu Kalsom berdiri di hadapan ku. Tangannya melancapkan batang ku yang sudah licin berlumuran dengan air liurnya. Kami berkucupan sekali lagi. Kali ini penuh nafsu. Gelora nafas cikgu Kalsom dapat aku dengar jelas. Nampak sangat dia dah stim gila. Tanpa membuang masa, aku terus selak baju dia dan teteknya yang besar itu membuai-buai seolah memanggil mulut ku supaya menghisapnya. Aku selak colinya dan tanpa berlengah, aku terus hisap tetek cikgu Kalsom yang besar itu. Cikgu Kalsom nampaknya menikmati hisapan ku di teteknya. Dia memeluk kepala ku supaya lebih rapat ke dadanya.
"Sedap kan sayang… " tanya cikgu Kalsom laksana pelacur murahan.
"hmmphhh… " aku hanya mampu berdehem sambil menikmati tetek cikgu Kalsom yang aku geramkan itu.
Sambil aku menghisap teteknya, cikgu kalsom cuba mancapai batang ku yang terpacak di kelengkang ku. Sebaik sahaja dia dapat menyambar batang ku, dia terus menarik batang ku rapat ke tubuhnya. Aku terpaksa melepaskan hisapan di dadanya dan berdiri rapat ke tubuhnya. Kelihatan cikgu Kalsom cuba meletakkan batang ku di kelengkangnya melalui kain yang sudah terselak ke pinggang itu. Namun, aku masih mentah lagi, belum tahu cara nak main berdiri. Cikgu Kalsom sedar kelemahan ku dalam teknik persetubuhan. Lalu dia berdiri membelakangi ku sambil dia memaut pada tiang rak buku teks.
Aku yang sudah tahu akan kehendaknya, terus memeluknya dan membenamkan batang ku ke lurah gatalnya yang sudah berair dan lecak itu. Sekali benam sahaja batang ku sudah terjerumus ke dasar cipapnya. Nampak sangat dah bobos gila cipap dia ni. Ahh.. aku tak peduli, yang penting sedap. Tanpa menunggu walau sesaat, aku terus menghayun batang ku keluar masuk cipapnya. Aku hentakkan sedalam-dalamnya membuatkan cikgu Kalsom merengek-rengek menikmati gelora nafsu yang diingininya.
"uuhhh.. sedapnya Zinn… Sedapnyaaa… kerasnyaaaa…" cikgu Kalsom merengek kesedapan.
Setelah agak lama aku bersetubuh dengannya, aku sudah hampir ke kemuncak. Tanpa memberi amaran, aku terus membenamkan batang ku sedalam-dalamnya, melepaskan pancutan padu terus ke dasar cipapnya. Apa yang aku ingat, pada waktu itu jugalah cikgu Kalsom mendengus seperti lembu kena sembelih, malah otot cipapnya yang sebelum itu aku rasakan lembut tiba-tiba jadi kejang. Nampaknya aku dan dia klimaks serentak.
Kami berkucupan penuh kepuasan selepas melayari kenikmatan perzinaan yang hina itu walau pun dalam keadaan tergesa-gesa. Namun apa yang pasti, tubuhnya aku sudah takluki.

Mainan Kak Zie


Pagi Sabtu yang sejuk. Hujan renyai sejak malam tadi. Aku sampai di halaman rumah pengetua kira-kira 7.00 pagi. Persekitaran kelihatan basah dan segar. Kuketuk pintu rumah pengetua beberapa kali. Tidak lama menunggu pintu dibuka oleh Kak Azi.. Isteri pengetua yang cantik bestari. Guru-guru muda di sekolah ini memanggilnya Kak Azi. "Oh, Lan, masuklah.." pelawa Kak Azi dengan senyum manja dan lehernya yang jinjang itu kelihatan melintok lembut mengghairahkan. "Tuan pengetua…" sampukku ragu-ragu sambil menapak ke dalam banglow mewah itu. "Abang Samad baru ke JPN…katanya mesyuarat dengan Pengarah". "Ooh gitu, baiklah kak, saya hanya nak ambil gambar tuan pengetua untuk majalah sekolah tu. " "Kalau ya pun tunggulah minum dulu. Abang Samad dah pesan dan tinggalkan gambar tu pada kakak. Lan duduk dulu, kakak ke dapur siapkan apa yang patut". "Tak usah sibuk-sibuklah kak. Lagipun….tuan pengetua tak ada ni." "Eh, Lan ni macam tak biaa pulak. Cikgu Mazlan kan orang harapan pengetua ? " "Harapan apa pulak kak ? " " Yalah..Kak Zi dengar di sekolah tu, kerja-kerja penting semuanya diserahkan kepada Lan…tak gitu?" "Bukan semua kak…Tuan Pengetua tau apa yang saya boleh buat. Kalau kerja-kerja menulis, mengedit majalah sekolah tu, bolehlah saya bereskan. Itulah tiap-tiap taun kerja saya selain dari mengajar kak.." "Apa pun duduklah dulu, kakak ke dapur. Budak-budak dah ke rumah neneknya mengaji". Anak-anak Kak Zi tiga orang semuanya. Semasa di universiti, budak-budak tu besar di atas dukunganku. Kami tinggal serumah di Seksyen 12 PJ. Masa itu Tuan Pengetua kami, Encik Samad dah tahun 3, sementara aku dan beberapa kawan yang lain baru Tahun 1. Cikgu Samad masuk universiti setelah beberapa tahun mengajar sebagai guru keluaran maktab. Kak Azi adalah anak muridnya., Cikgu Samad berkahwin dengan Kak Azi yang jelita itu. ketika bekas anak muridnya itu di Tingkatan 2. Semasa di PJ akulah yang selalu menjadi budak suruhannya. Aku menjaga anaknya ketika mereka hendak berasmara tengah-tengah hari. Cikgu Samad tak segan silu beritahu kami supaya jangan mengada-ngada nak mengintasi adegan legenda suami-isteri itu. "Lan, jauh lamunan tu?" Kak Azi keluar dari dapur sambil menatang hidangan pagi yang menyelerakan. Ketika dia membongkok meletakkan hidangan di atas meja kecil di hadapanku, aku sempat melihat pangkal buah dadanya yang gebu di sebalik baju tidur yang nipis dan lembut itu. Gunung ghairah yang putih melepak itu menggamit seleraku untuk menjilatnya. Setan betul nafsu ini. "Jemput Lan, jangan malu-malu pulak. Macam tak biasa dengan kakak Lan ni" "Bukan malu kak, tapi segan dan seram pulak saya ni.." "Eh, budak ni, mengada-ngada pulak. Apa pulak yang hendak diseramkan pagi-pagi begini ? " "Entahlah kak, saya rasa lain macam pulak pagi ni… " "kau ni mengarut betul Lan. " balas Kak Azi sambil melabuhkan punggungnya yang gebu di atas sofa sebelahku. Kami hampir bersentuhan. Bauan yang dipakai Kak Azi sungguh menaikkan nafsu kejantananku di pagi Sabtu yang berhantu itu. Aku cuba mengelak hendak menjauhkan sedikit kedudukanku daripadanya, tetapi Kak Azi sempat menghalangnya sambil berkata… "Lan, janganlah segan-segan dengan kakak, Lan tau tak, sejak di PJ dulu lagi, Kakak selalu mengidamkan Lan. Semasa abang Samad menggomoli kakak, kakak bayangkan badan hitam sasa itu adalah badan Lan. Ketika abang Samad di atas dada kakak, kakak bayangkan, itu adalah Lan yang sedang mengerjakan tanah lading kakak. Kakak ikhlas Lan, kakak benar-benar ingin menikmati kepuasan sek dengan Lan!" Alamakkk! Mimpikah aku ini? Lidahku kelu, mataku terkebil-kebil untuk mempercayai apa yang aku dengar dan aku lihat sekarang. "Lan, mengapa ni ? Lan tak suka kakak ke ? " Masyallahhh! Siapa yang tak suka perempuan secantik ini. Semua guru muda di sekolahku, termasuk Ustaz Seman yang baru balik dari al-Ashar tu tergila-gilakan bini pengetua ini. Semuanya berdoa agar Cikgu Samad cepat kojol – tak kira kerana penyakit ke, accident ke atau apa-apa saja asalkan mati. Kak Azi jadi janda. Semua akan berebut-rebut tak kira sebagai isteri pertama atau kedua atau ketiga kepada jantan-jantan yang dah berbini dua itu. Aku sendiri masih membujang. Bukan impotent tapi belum ada kesempatan dan kekuatan untuk membina rumah tangga. Masa kuhabiskan dengan menulis skrip drama radio, cerpen dan sekali-sekala novel-novel picisan yang tak bermutu sastera itu. Asal dapat duit sedikit terus ke Golok atau ke Haadnyai malah ke daerah-daerah utara Thailand untuk mencari perempuan. Hari ini nampaknya aku mendapat hadiah paling berharga. Rezeki tersepak kata orang tua. "Kak Zi…"Aku membahasakan kakak walaupun umur kami tak jauh berbeza. Sebagai isteri pengetua, pernah pula tinggal di rumah sewa yang sama semasa di universiti Malaya dulu, aku amat menghormatinya. "Apa lagi Lan, peluklah kakak. Kak Zi ingin merasai kehangatan pelukanmu… " Aduh mengancam sungguh perempuan ini. Kadang-kadang aku pun hairan dengan nasibku yang mudah mendapat perhatian perempuan. Dari segi fizikal, aku kira ok jugalah. Sebagai orang Melayu, ketinggianku 5 kaki 10 inci agak luar biasa jugak. Kulit putih kuning. Badan sasa walaupun tak kuat bersukan. Rambut ikal dan penampilanku yang agak menawan menyebabkan perempuan termasuk murid-muridku seolah-olah ingin menyerahkan mahkota masing-masing kepadaku. Hari Kak Zi pulak dating menyerah. "Dosa kak, nanti…" "Lan, please, kak betul-betul ni. Ayuhlah yang…." Kak Zi dah tak dapat kontrol perasaannya. Katanya permainan mereka malam tadi berakhir dengan kesimpulan yang longgar. Biasalah katanya, abang Samad dah jarang mempersembahkan permainan yang berkualiti. Tangan Kak Zi dah mula merangkul leherku. Matanya bagai berair merenung wajahku. Bibirnya yang mungil menguntum senyum yang mengghairahkan. Bibir yang basah itu bagai menarik-narik bibirku untuk mengucupnya sepuas hati. Aku pun semakin tak tahan dengan telatah manja dan genit kak Zi yang sedang mencecah 35 tahun usianya. Tanganku secara spontan telah mula menjalari seluruh pelusuk tubuh Kak Zi yang serba memikat itu. Kurasakan cipapnya yang mula berlendir dengan air mazi yang semakin membuak dari celah-celah kelentiknya yang menegang dan suam itu. Kak Zi bigkas berdiri menarikku ke biliknya. Bagai lembu jantan dicucuk hidung, aku mengikut arahannya sambil berpelukan. Tanganku terus melekat di buah dadanya yang masih tegang. Di atas katilnya yang empok itu, Kak Zi mula membuka pakaiannya satu persatu. Kelebihan Kak Zi, dalam penuh keghairahan itu, dia masih merengek ketawa. Ketawa manja yang membuat aku semakin bergelora macam ombak pantai yang menggila pada musim tengkujuh. Dengan mata bersinar berair dan tangan sedikit menggeletar, Kak Zi membuka zip seluarku dengan rakus tapi mengghairahkan. Setiap riak rentak tubuhnya amat memberahikan. Punggungnya bagai tanah lading yang subur minta ditajak digemburkan sepuas-puasnya. Kak Zi menarik senjataku yang mula menegang itu ke mulutnya yang berair bagai perempuan mengidam mendapat asam idamannya. Batangku yang agak panjang kira-kira 6 inci setengah itu dikulumnya sampai dapat kurasakan gelian anak tekaknya. Kelazatan yang kurasakan tak dapat digambarkan dengan kata-kata lagi. Serasa aku mau meraung melahirkan rasa nikmat yang tak terhingga. Kuluman dan hisapan Kak Zi amat menggila tapi cukup terkawal. Permaimannya bagai mengalahkan bintang-bitang porno yang kulihat dalam filem-filem biru di rumah kawah-kawan bujang di quarters sekolah ini. Masa itu elum ada vcd seperti sekarang. Belum ada komputer belum ada apa-apa alat canggih seperti hari ini untuk menikmati keghairahan sex. Kalau ada pun filem-filem dan paling moden pita video. Batangku dah hampir lebam-lebam dijilat, dikulum, dihisap dan kadang-kadang digigit manja oleh Kak Zi. Kepala pelirku terasa macam nak putus tapi amat mengasyikkan. Kadang-kadang aku cemburu kepada Cikgu Samad yang berkulit hitam itu dapat menguasasi si cantik molek yang montok dan putih melepak ini. Kata ustaz Seman, cikgu Samad dan Kak Zi tak ubah gagak menggonggong telur! Sambil kak Zi sedang ghairah menggomoli batangku yang semakin menegang itu, tanganku meramas-ramas cipapnya yang berlendir dengan air mazi yang melimpah ruah. Bagai ditarik kejuta kuasa elektrik tangan kak Zi merangkul leherku dan menarik mukaku ke pintu syurganya yang sedang menggamit dahaga itu. Tanpa terasa apa-apa kecuali ghairah yang menggila aku pula menerokai cipak Kak Zi ke setiap pelusuk cipapnya yang amat mengghairahkan itu. Kukulum kelentiknya yang tegang bagai mengulum icecream paling mahal di dunia ini. Kuhisap air cipapnya bagai meneguk brandy malam pesta konvo di um dahulu. Setan mula menggila dalam fikiranku. Kujilat, kuhisap, kugigit kelentik Kak Zi macam tak mau lepas-lepas lagi. Perutku terasa kembung kekenyangan nafsu berahi yang tak bertepi. Dalam kekejangan menahan ghairah, Kak Zi masih ketawa manja dan punggongnya menolak-nolak macam ditikam jarum. Seluruh cadar tilam Kak Zi dah mula basah oleh air cipap dan air pelirku yang membuak-buak macam air sedang menggelegak. Peluh membasahi seluruh tubuh kami. Kak Zi mengangguk-anggukkan kepalanya memberi isyarat supaya aku membenamkan batangku ke dalam lubangnya yang dalam dan gebu itu. Mukanya agak berkerut sedikit ketika kepala pelirku meredah bibir cipapnya yang berair dan berlendir itu. Gaya bibir dan pejaman matanya amat memberangsangkan pelirku untuk menerokai lubang pejal dan penuh kemutan yang melazatkan. Aku rasa macam tenggalam di lautan madu yang serba mengasyikkan. Bunyi bibir-bibir cipak Kak Zi ketika diterjah, disorongtarikkan oleh senjata saktiku itu amat memberahikan. Bunyi cipap berair Kak Zi macam irama muzik klasik yang amat syahdu dan mengkhayalkan. Setiap kali pelirku menerjah batu merian Kak Zi, dia ketawa kegelian dengan air mata melimpah bagai manik berderai. Bulu cipapnya yang agak tebal dan hitam segar itu menambahkan kelazatan zakarku menerjah keluar masuk buritnya. Style face to face dah hampir setengah jam berlalu, masing-masing masih bertahan dengan penuh ketegangan yang memberangsangkan. Kak Zi memusingkan badannya dengan menolakku ke sisi dengan mantap dan lembut. Dia mula menonggeng membuat gaya doggy pulak. Cara ini amat ketat dan ketara sekali kepada kepala pedangku yang panjang. Tusukanku sentiasa sampai ke pangkal. Kadang-kadang aku menghalakan kepala pelirku ke lubang juburnya yang terkemut-kemut itu tetapi saying pula nak meninggalkan lubang syurga yang semakin marak dan hangat itu. Sekali-sekala aku menjilat samai kering lendir-lendir yang membuak-buak dari celah-celah kelentik dan lurah-lurah cipak Kak Zi yang baunya tak dapat kugambarkan dengan kata-kata. Hanyir dan maung tetapi melazatkan. Tali perutku dah mula rasa kejang macam nak putus. Pinggangku mula terasa sakit-sakit tapi permainan kami belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir. Kak Zi masih ghairah mempersembahkan permainan yang serba mantap dan padu. Matanya yang kuyu dan senyumnya yang syahdu masih gagah mengajakku bercumbu. Nasib baik malam tadi aku dah melancap dan menyemburkan air mani yang pekat dan hangat sambil melihat gambar hardcore di daun terup yang dihadiahkan oleh Mr,Siva kerana aku menyiapkan beberpa buah karangan bm Julai paper yang ingin dihafalnya untuk peperiksaan kertas bm yang sentiasa gagal itu Cerita Mr.Siva membantai anak-anak murid kami di sekolah ini akan saya ceritakan dalam keluaran akan datang.. Puas menonggeng, Kak Zi kembali menelentang dengan kangkangan yang semakin luas dan posisi cipapnya yang amat menarik membuat batangku menerjah ke lurah yang licin dan dalam itu dengan penuh ghairah. Hampir satu jam persetubuhan ini berlaku baru aku mendengar suara rengetan dan ngerangan Kak Zi yang cukup mengasyikkan. Dengan hentakanku yang padu dan mantap, aku lihat Kak Zi mula mencapai klimaks dan memuntahkan lendir yang semakin membuak-buak. Macam setan durjana, aku hirup lendir cipap kak Zi macam menghirup sarbat di syurga kata tok-tok lebai kampung. Semacam tonik pula air cipak Kak Zi. Lendiran ini memberi seribu kekuatan kepada syawatku dan semakin merah macam pelir lembu yang sedang ghairah menikam cipap betinanya. Suara Kak Zi hanya kedengaran memanggil namuku berulang-ulang dan akhirnya mengacip bibir dan giginya macam orang kerasukan. Kak Zi dah klimaks dengan sempurna dan padu. Ia melepaskan keluhan kepuasan yang amat dalam. "Lan belum lagi ke?" itu saja suara kak Zi ketika sekujur tubuhnya kelihat sedang release serelease-releasenya.. "Belum kak… sekejap lagi Zi, Zi,Ziiiiiiiiiii…" aku juga tak dapat bertahan lagi.. pertanyaan kak Zi bagai menarik seluruh air maniku ke dalam cipapnya yang ranggi dan sempurna itu. Kubenamkan batangku sedalam-dalamnya ke dalam cipap Kak Zi yang rangup dan harum mewangi itu. Kami berpelukan hampir setengah jam. Kalaulah cikgu Samad pulang ketika itu dan meletakkan senapang patah di kepalaku, aku rela mati dalam lubang syurga yang ranggi dan kemuncak persetubuhan yang berkualiti pada pagi itu. Ketika matahari memancar cahaya terik aku mengeluh untuk bangkit dari tilam empok dan tubuh montok Kak Zi. "Alllaaaa manjanya adik kakak ni, tadi bukan main gagah sekarang dah lembih pulak." Gurauan Kak Zi membuat konekku bangkit semula. Kak Zi tanpa diduga mengulum lagi batangku macam anak-anak mengulum aircream yang diminati. "Lan, anggaplah perjuangan kita ini sebagai permulaan saja. Kita akan sambung lagi. Lan janjilah dengan kakak…." "Ya, Zi, selagi Zi masih memerlukan Lan, Lan akan tunaikan kehendak Zi sampai bila-bila!" Semenjak pagi itu, perhubunganku dengan Kak Zi berterusan pantang ada peluang. Sehingga satu hari cikgu Samad ditukarkan ke Sabah untuk menjadi pengetua di salah sebuah maktab perguruan di sana. Aku macam kucing kehilangan anak untuk beberapa hari kerana cipap kegilaanku telah berada jauh di negara bawah bayu itu. Apa yang mengharukan perasaanku ketika Kak Zi membisikan di telinga isteriku pada hari persandingan kami…. "Sayang, sayang sungguh beruntung dapat suami macam Mazlan. Kakak doakan saying bahagia seslamanya". Kak Zi meletakkan sampul yang berisi RM2,000. ke dalam gengaman isteriku. Aku minta tukar ke Sabah untuk bertemu Kak Zi di sana. Agar hubungan kami dapat disambung semula. Malangnya sesampainya aku di Sabah, cikgu Samad ditukarkan pula ke semenanjung untuk menjawat jawatan Timbalan Pengarah Pendidikan di sebuah negeri di semenanjung ini.

Cerita Dewasa aku di perkosa ayah tiri ku cerita ngentot dengan ayah tiri

Cerita Dewasa ini berawal dari kenakalan papa tiri dan kepasrahan diriku. Perkenalkan namaku Vina, usiaku 16 tahun. Aku sekarang duduk di kelas II SMU di Medan.
Suatu hari aku mendapat pengalaman yang tentunya baru untuk gadis seukuranku. Oya, aku gadis keturunan Cina dan Pakistan. Sehingga wajar saja kulitku terlihat putih bersih dan satu lagi, ditaburi dengan bulu-bulu halus di sekujur tubuh yang tentu saja sangat disukai lelaki. Kata teman-teman, aku ini cantik lho.
Memang siang ini cuacanya cukup panas, satu persatu pakaian yang menempel di tubuhku kulepas. Kuakui, kendati masih ABG tetapi aku memiliki tubuh yang lumayan montok. Bila melihat lekuk-lekuk tubuh ini tentu saja mengundang jakun pria manapun untuk tersedak. Dengan rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aku tampak dewasa. Sekilas, siapapun mungkin tidak percaya kalau akuadalah seorang pelajar. Apalagi bila memakai pakaian casual kegemaranku. Mungkin karena pertumbuhan yang begitu cepat atau memang sudah keturunan, entahlah. Tetapi yang jelas cukup mempesona, wajah oval dengan leher jenjang, uh.. entahlah.
Pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku berpamitan dengan kedua orangtuaku. Cium pipi kiri dan kanan adalah rutinitas dan menjadi tradisi di keluarga ini. Tetapi yang menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Papa. Seusai sarapan pagi, ketika Mama beranjak menuju dapur, aku terlebih dahulu mencium pipi Papa. Papa Robi (begitu namanya) bukan mencium pipiku saja, tetapi bibirku juga. Seketika itu, aku sempat terpaku sejenak. Entah karena terkejut untuk menolak atau menerima perlakukan itu, aku sendiri tidak tahu.

ohh Asti aku benar benar merindukan mu

Cerita ini merupakan kejasusan yang memalukan sekaligus menyenangkan tentang perselingkuhanku dengan adik iparku Asti.



‘Halo’, kataku menyambut telepon.

‘Oh, kakak!!, Mbak Yuke mana kak’, suara disebteriak menyahut.

cerita ngentot dengan tante erni

Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.

perjalanan nafsu yang membara

Aku seorang cewek berumur 17 tahun dan masih kelas ii SLTA. Diantara teman-teman, aku mungkin paling pemalu. Aku sering naksir cowok tapi aku takut untuk memulai hubungan. Di dalam kamar, aku sering membayang-bayangkan wajah cowok yang kutaksir, membayangkan bagaimana kalau bercinta dengannya, berhubungan seks dengannya, sehingga hal ini sering membuatku sangat terangsang. Akhirnya aku sering beronani dengan mengusap-usap vaginaku yang mungil.

cerita panas dengan adiku 1

Namaku Ratih, umurku 21 tahun. Aku tinggal di sebuah kawasan perumahan di Yogyakarta. Aku sekarang sgilag kusarih di sebuah universitas negeri tersohor. Asalku sendiri sebenarnya dheri Surabaya. Orang tuaku cukup kaya sehingga semua kebutuhanku terpenuhi di sini. Adikku juga di sekolahkan di sini, di sebuah SMU Negeri tersohor di Yogyakarta. Jadi kami berdua mengontrak sebuah rumah, gak begitu besar tetapi cukup lengkap. Ada TV, mesin cuci, kulkas, motor untuk masing-masing, komputer dan sambungan internet, dan fasilitas lain yang cukup membikin hidupku tidak kekurangan suatu apapun. Adikku bernama Dody, kelas dua SMU. Anaknya besar, cenderung bongsor tapi nggak gemuk. Tingginya sekarang saja telah hampir 175 cm. Tubuhnya tegap dan atletis. Sgilag aku sendiri sekitar 165-167 cm, wajahku termasuk mengnafsukan (buktinya banyak sekali yang mengejar-ngejar aku), tubuhku agak kurus sedikit, tapi toketku tumbuh sempurna.

cerita panas isteriku


Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel ‘S’, kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J. Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).

ngentot ibu kandung

Tepatnya pada malam hari,tanggal 24 januari 1999 yang lalu. waktu itu umur saya masih 19 tahun. saya mengalami kejadian yang tidak masuk akal. pada waktu itu sekitar pukul sembilan malam aku mau pergi ke kamar mandi. secara samar-samar aku mendengar suara desahan yang bersal dari dalam tempat itu. Dengan rasa penasaran aku buka pintu kamarmandi itu dengan perlahan.oohh…. ternyata apa yang ku lihat sempat membuatku tidak percaya. di sana aku melihat ibuku sedang melakukan onani senggan menggunakan ujung sikat gigi yang di masukkan ke dalam lubang anusnya. betapa terkejutnya beliau waktu itu. lalu ibu berkata” sini sayang,janggan bilang sama siapa-siapa ya, kalau mama melakukan ini…… terus tanpa di sangka beliau mengatakan “donga…… kalau donga mau merasakan enaknya ngelakuin ini , ibu bisa bantu kok” . tanpa sempat menjawab lagi, tiba-tiba ibu langsung menarikku masuk dan langsung menjilati mulutku dengan penuh nafsu dan rintihan.”oooooooohhhhhhggg….. keluarin lidahnya dong sayang,biar ibu enak ngulummnya shhhhhoooohhhh….. lagi-lagi ia merintih kenikmatan setelah mempermainkan lidahku dengan mulutnya. di keluar masukkannya lidah ibu ke dalam mulutku,dan aku pun membalasnya dengan lebih bernafsu lagi. karena sudah terlanjur nafsu,.lalu aku menanggalkan pakaianku. “oohh..biar ibu saja yang melepaskannya sayang”.kata ibuku.

ngentot dengan anak tiri 2

Aku tersentak karena teriakannya, Mia berteriak sakit, tapi aku belum memasukkan batang kemaluanku sedikit pun, baru hanya menyentuh bagian luarnya. Akhirnya aku berpikir bahwa kalau kupaksakan untuk menusuk semua batang zakarku yang panjang 17 cm, dan berdia meter 5 cm ini, akan berakibat fatal, yakni Mia bisa jadi tidak ikut ke pesta atau datang ke pesta dengan jalan terjingkat-jingkat. Aku putuskan bermain dengan menggesekkan batangku di bibir vagina yang tembam itu. Aku berhenti sejenak, dan bertanya pada Mia.

gelora nafsu tanteku di warung remang remang

Cerita ini berawal pada tahun 1997 dan kejadian itu terjadi di rumah istri om-ku. Om-ku itu bekerja pada bidang marketing, jadi kadang bisa meninggalkan rumah sampai satu minggu lamanya, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua bersama tiga anaknya yang masih kecil, mendirikan sebuah warung di depan rumah. Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.

cerita panas dengan ibuku – 2

Beberapa saat kemudian, tanganku kupindahkan ke vaginanya dan klitoris Mami kugosok-gosok dengan jariku. Hal ini membuat kocokan tangan Mami di batang kemaluanku semakin cepat, membuat nafasku semakin tidak teratur dan nafas Mami kembali terengah-engah. Setelah beberapa menit berciuman dan nafas kami berdua sudah tidak beraturan lagi, secara perlahan Mami menghentikan kocokan di penisku, dan menghentikan ciumannya serta terus berbisik di dekat telingaku.
“Iwaan, Mamiii sudaaah… nggak.. tahaaan Waan.. toloong.. punyanya Waan.. dimasukin.. ke Mamii.., Waaan. Ayoo.., Waan..!”

perjalanan nafsu febi 2

“Febi, jangan”, teriakku.
Tapi terlambat, penisku sudah meluncur masuk ke vagina keponakanku tanpa kondom, sudah terjadi, ada rasa sesal meskipun sedikit sekali. Tapi rasa sesal segera berubah menjadi heran karena begitu mudahnya penisku menerobos liang vaginanya, tidak seperti Desi yang cukup sempit dan kesakitan, tapi Febi sepertinya tidak ada rasa sakit sama sekali ketika vaginanya terisi penisku yang berukuran 17 cm itu. Bahkan dia langsung mengocok dan menggoyang dengan cepatnya seolah tak ada halangan dengan ukuran penisku seperti yang dialami Desi. Goyangan pinggul Febi lebih nikmat dari Desi tapi sepertinya vagina Febi tidak sesempit Desi, tidak ada kurasakan remasan dan cengkeraman otot dari vaginanya, hanya keluar masuk dan gesekan seperti biasa, dalam hal ini vagina Desi lebih nikmat, itulah perbedaan antara Desi dan Febi, meskipun keduanya sama sama nikmat.

mbak linda yang montok – 1

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih pada Rumah Seks karena telah menampilkan kisah pengalaman pribadi saya. Sebelumnya saya juga sudah mengirimkan kisah saya dengan judul Aku dan 4 wanita dengan alamat e-mail yang lain. Tapi berhubung saya tidak dapat lagi menggunakan e-mail tersebut maka saya membuat e-mail yang baru. Bagi anda yang telah membaca kisah tersebut pasti sudah mengenal wanita saya ini. Selamat mengikuti kisah pengalaman pribadi saya.

mbak linda yang montok – 1

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih pada Rumah Seks karena telah menampilkan kisah pengalaman pribadi saya. Sebelumnya saya juga sudah mengirimkan kisah saya dengan judul Aku dan 4 wanita dengan alamat e-mail yang lain. Tapi berhubung saya tidak dapat lagi menggunakan e-mail tersebut maka saya membuat e-mail yang baru. Bagi anda yang telah membaca kisah tersebut pasti sudah mengenal wanita saya ini. Selamat mengikuti kisah pengalaman pribadi saya.

Berpacu dalam nafsu - 3

Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Andi.

"pagi bu, udah bangun?" tanyanya dari seberang

"pagi juga Andi, untung kamu bangunin kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yang bagus" jawabku memberi perintah

"beres bu" jawabnya

Berpacu dalam nafsu - 2

"mbak Lily? saya Rino temannya Rio" sapanya

Agak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang.

Berpacu dalam nafsu - 1

Perjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sobat lama yang sudah lama kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tidak bisa menemaniku karena kesibukannya.

Thursday, October 27, 2011

Berpacu dalam nafsu - 1

Perjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sobat lama yang sudah lama kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tidak bisa menemaniku karena kesibukannya.

Sang Dewi - 1

Aku sama sekali tak menyangka bakal ketemu Dewi di lobby sebuah hotel berbintang di kawasan pantai senggigi Lombok bersama seorang laki laki cina yang sudah cukup umur, mungkin sekitar 55 tahun, yang aku tahu pasti bukan suaminya, mereka bergandengan mesra melintasi lobby tanpa memperhatikan sekitarnya, aku yakin dia tidak melihat keberadaanku di sana, mereka menuju sebuah mobil mewah yang sudah menunggu di depan lobby dan melesat pergi.